TIM MEDIOKER: Mekanik Lotus memindahkan mobil Pastor Maldonado pada GP Amerika Serikat di Circuit of the Americas, Austin (30/10). (AFP Photo/Jim Watson)

AUSTIN – Problem finansial yang berujung absennya dua tim pada GP Amerika Serikat Minggu (2/11) menjadi pembahasan serius di internal Formula 1. Sederet solusi mulai ditawarkan untuk mengatasi masalah tim-tim kecil.
Tim gurem seperti Lotus, Sauber, dan Force India begitu keras menyuarakan perlunya perubahan regulasi. Mereka meminta adanya solusi agar tidak lagi terulang kejadian yang menimpa Caterham dan Marussia di seri-seri berikutnya. Bagian dari usul mereka adalah meminta bagi hasil pendapatan hak komersial yang lebih besar.
Team Principal Lotus-Renault Gerard Lopez mengatakan, setelah mendengarkan keluhan tim-tim gurem, bos F1 Bernie Ecclestone mengusulkan sebuah jalan keluar. ’’Saya tahu CVC (perusahaan pemilik F1 Group) dan Bernie sudah membahas sebuah solusi. Bentuknya mungkin sebuah subsidi (base payment) bagi tim kecil dan pembalap yang memungkinkan mereka mempunyai dana operasional setidaknya mendekati tim-tim besar,’’ paparnya. Tetapi, Lopez menegaskan, butuh ketegasan untuk mewujudkan solusi tersebut.
Menurut dia, Lotus yang mengalami masalah keuangan musim ini bisa finis di depan McLaren dan Ferrari pada beberapa seri balapan. Itu membuktikan bahwa sistem yang berjalan di F1 tidak memerlukan dana USD 300 juta–USD 400 juta untuk bisa tampil bersaing.
’’Mereka ini disebut tim kecil. Salah seorang kolega saya menyebut F1 sekarang adalah pertarungan antara pembalap dan konstruktor. Saya setuju karena itu adalah fakta,’’ katanya.            
Sebuah laporan di majalah Autosports membandingkan pendapatan bagi hasil hak komersial yang didapat tim besar dan gurem. Pada 2013, Ferrari meraup pendapatan USD 166 juta. Adapun Marussia hanya USD 10 juta dan Caterham USD 31 juta. Dua tim terakhir tersebut absen di Austin Minggu lalu karena menyerah dengan masalah keuangan.
Seorang petinggi Caterham pekan lalu memastikan bahwa timnya bakal kolaps dalam dua pekan ke depan, jika tidak ada suntikan dana segar dari investor baru. Adapun Marussia hanya mampu membayar 200 stafnya sampai Oktober.
Kedua tim semakin tenggelam dalam lautan utang karena beban pengeluaran musim 2014 yang sangat besar dan harga mesin yang luar biasa mahal. Mereka masuk ke Formula 1 pada 2010 dengan janji manis adanya kebijakan pembatasan pengeluaran bagi setiap tim di F1. Tetapi, kebijakan itu tidak pernah terwujud. Kondisi terakhir membuat tim-tim kecil mengancam memboikot F1 untuk musim depan.
Namun, gagasan subsidi silang yang dilontarkan Ecclestone langsung dimentahkan tim-tim besar. Menurut bos Red Bull Christian Horner, dukungan kepada tim kecil adalah soal pendistribusian pendapatan dari penyelenggaraan F1 dan pendukungnya, bukan diambil dari tim-tim besar.
’’Kami (tim besar) juga punya kebijakan untuk menekan anggaran. Jumlahnya juga sama besarnya. Tetapi, kami harus tetap beroperasi sesuai anggaran yang kami punya,’’ paparnya. ’’Dan (base payment) bukan skenario yang tepat. Kesepakatan (dengan sponsor) berlaku sampai 2020. Jika pemegang hak komersial (F1) ingin memberikan lebih banyak uang kepada tim kecil, itu terserah mereka dan tanggung jawab mereka. Kami tim di sini untuk berkompetisi, bukan mensponsori satu sama lain,’’ katanya.