Tanaman Liar, namun Krokot Lezat untuk Botok
7/11/14, 04:00 WIB
TETAP RENYAH: Penampilan tanaman krokot setelah diubah menjadi botok. (Frizal/Jawa Pos)
SURABAYA – Perhatikan terus alam di sekitar Anda. Sebab, siapa tahu ada tanaman-tanaman liar yang sejatinya lezat plus bergizi. Salah satunya adalah krokot (Portulaca oleracea) yang kerap tumbuh subur di tempat-tempat nylempit. Misalnya, di sekitar batu-batuan.
Adalah Hayu Dyah Patria, pendiri Mantasa, lembaga penelitian tanaman liar yang bisa dimakan, yang membuktikan itu. Dia menyuguhkan botok berbahan krokot. ’’Tak ada resep khusus. Tanaman liar itu bisa dimasak sesuai selera,’’ katanya.
Awal perkenalannya dengan krokot terjadi di Kabupaten Jombang. Oleh penduduk setempat, krokot dicabut dan dimasak sebagaimana sayur biasanya. Misalnya, dibuat sayur asem dan bobor.
Selama ini banyak yang memandang krokot adalah gulma yang harus dimusnahkan. Padahal, saat dimasak, krokot bisa terasa lezat serta tetap aman dimakan. Teksturnya yang garing dan lezat membuatnya tetapcrunchy, ada rasa renyah ketika digigit.
Selain itu, krokot punya segudang khasiat. Ia mengandung alpha linoleic acid(ALA) atau asam alfa linoleat. Itu adalah senyawa yang bisa diubah menjadi asam lemak omega-3. ’’Itu baik untuk nutrisi otak dan menyehatkan jantung,’’ katanya.
Tanaman yang punya karakteristik rasa asam itu juga mengandung banyak mineral seperti seng (zinc), fosfor, mangan, serta kalsium. Semua unsur itu berguna untuk pertumbuhan tulang.
Daun krokot berwarna merah keunguan. Artinya, tanaman itu mengandung antioksidan tinggi. Kondisi tersebut juga terdapat di seluruh varian krokot yang jumlahnya sekitar 200 jenis.
Tanaman liar lain adalah pegagan (Centella asiatica). Tumbuhan itu kerap tumbuh di sekitar sungai, sawah, atau tempat-tempat lembap lainnya. Di beberapa daerah, pegagan juga dikenal dengan nama antanan, pacul gowang, atau daun kaki kuda. Hayu menyatakan, tanaman itu cocok dijadikan jus atau salad. Sayangnya, lantaran rasa dan baunya yang khas, banyak orang yang enggan melahapnya.
Menurut Hayu, pegagan adalah tanaman liar bak emas di tepi jalan. Tanaman dengan daun menyerupai hati itu bisa menghambat produksi jaringan parut atau bekas luka. ’’Sebab, ada kandungan saponin yang tinggi,’’ jelas perempuan kelahiran Gresik, 27 Januari 1981, itu.
Oleh beberapa penduduk di Aceh, pegagan diolah menjadi sambai oen peugaga alias sambal daun pegagan. Di Bogor, orang-orang menjadikannya asinan bogor.
Diakui, beberapa tanaman liar tersebut kian langka. Umumnya karena kurang pemahaman sehingga mereka sering dimusnahkan. Misalnya, tumbuhan sintrong yang punya bulu halus di daunnya. Keberadaannya kian punah.
’’Saya biasa nemu kalau penelitian ke desa-desa,’’ terangnya. Padahal, kalau saja tanaman-tanaman liar dimanfaatkan, tak akan ada lagi warga daerah yang kekurangan gizi.
0 komentar:
Posting Komentar