MELAWAN DINGIN: Berpose bersama timbunan salju di Desa Gokayama yang sunyi. (Jumny Gozali for Jawa Pos)
Kami mulai petualangan dari Osaka, Kobe, Kyoto, Takayama, Shirakawago, Gokayama, Gunung Fuji, dan terakhir keliling Tokyo. Kami di sana dihadang cuaca yang sangat dingin, sekitar 8 derajat Celsius hingga minus 5 derajat Celsius. Namun, semua sebanding dengan pemandangan musim dingin yang kami dapatkan.
Memasuki kota tua Takayama yang bersalju tebal, hati kami sangat senang. Apalagi saat ke desa tua Shirakawago. Kami serasa berada dalam dunia dongeng. Bangunan rumah berasal dari kayu balok yang kukuh, beratap jerami, dan semua tertutup salju tebal. Daerah itu memang world heritageyang keasliannya dan kebersihannya hingga sekarang masih terjaga. Termasuk rumah kincir air yang masih berfungsi.
Lantaran ryokan (guest house ala Jepang) di tempat itu sudah penuh, kami menginap di desa kecil Gokayama yang jaraknya 1 jam naik bus dari Shirakawago. Ternyata, kami malah beruntung. Sebab, Desa Gokayama lebih sunyi dan saljunya lebih tebal. Kami pun bisa berseluncur bermain salju sepuasnya.
Berbekal peta dan JR Pass (tiket pass khusus turis untuk naik kereta cepat dan biasa), kami bisa berjalan-jalan ala backpacker dengan naik kereta dan bus. Semua petunjuk jalan di Jepang menggunakan huruf kanji dan berbahasa Jepang. Karena itu, kami harus sering-sering bertanya ke petugas kereta dan loket informasi agar tidak tersesat.
Penduduk Jepang memang ramah dalam memberikan petunjuk. Namun, mereka kadang-kadang kesulitan berbahasa Inggris. Hasilnya, dalam berkomunikasi, kami menggunakan bahasa Inggris campur bahasa Jepang dan bahasa Tarzan.
Terdapat banyak kuil di Kyoto. Antara lain, Kinkaku-ji Temple (terkenal sebagai Golden Pavilion) dan Fushimi Inari Shrine. Jika ke Jepang, belum lengkap rasanya bila tidak mengunjungi Gunung Fuji. Kami menginap di dekat danau di kaki Gunung Fuji untuk mendapatkan sudut terbaik foto Gunung Fuji.
Ketika malam tahun baru, kami sengaja menjadwalkannya di Tokyo. Orang Jepang ternyata tidak hura-hura dalam merayakan pergantian tahun. Sebaliknya, mereka pergi berdoa dan melakukan ritual khusus di kuil.
Meski Tokyo kota metropolitan, masih saja dijumpai stasiun kereta api yang tidak dilengkapi eskalator maupun lift. Namun, kadang yang ada hanya disediakan untuk naik, sedangkan yang turun tidak ada. Kami pun terpaksa mengangkat koper naik dan turun tangga di beberapa stasiun.
Hal paling mengesankan adalah saat kami tinggal di ryokan. Rasanya asli Jepang. Tidur menggunakan tatami dan futon yang berjajar-jajar di lantai dengan dilengkapi penghangat ruangan. Meja di tengah ruangan dilengkapi penghangat kaki di bagian bawah. Kami juga mandi ala Jepang di onsen(pemandian air panas ala Jepang) dan mengikuti tata cara mandi di onsenyang sudah baku.
Sebelum masuk onsen, orang harus mandi bersih lebih dulu. Setelah itu, pengunjung baru boleh masuk onsen yang berupa bak mandi besar yang digunakan berendam beramai-ramai. Ada onsen khusus laki-laki dan perempuan. Tetapi, di beberapa tempat, ada juga yang digunakan secara bersama-sama.
Menginap di ryokan terasa bagai bangsawan yang dilayani. Saat pulang bermain salju, sang pemilik ryokan sudah membakar ikan dan menyiapkan makan malam yang sangat lengkap. Begitu juga ketika bangun tidur. Sarapan telah tersedia dengan lengkap. Di lain kesempatan, saya ingin bermalas-malasan di ryokan selama seminggu, hahaha. Tetapi, biaya tinggal di ryokan mahal karena full service.
Harry Potter dari Nippon
DI Osaka, kami mengunjungi kastil Osaka, lalu mampir ke Kota Kobe untuk mencicipi daging steak Kobe yang terkenal. Tidak lupa, kami main ke Universal Studios Osaka. Yang paling menarik perhatian adalah wahana Harry Potter. Kami bagaikan muggles dalam Desa Hogsmeade yang biasa dikunjungi Harry Potter dan teman-temannya.
Dekorasi pun dibuat seperti musim dingin bersalju. Beberapa stan menjual Butterbeer. Toko cenderamata dibuat sangat detail, persis kebutuhan Harry Potter dan negeri sihir. Saking detailnya, ada toko yang khusus menjual tongkat sihir lengkap untuk setiap karakter dalam cerita Harry Potter.
Saya membeli suvenir berupa tongkat sihir Harry Potter dan Voldemort. Toilet perempuan juga dilengkapi suara hantu Myrtle Merana yang kadang tertawa, lalu menangis tersedu-sedu.
Kastil Hogwarts adalah yang paling mengagumkan. Dekorasi di dalamnya persis Hogwarts, sekolah para penyihir tersebut. Seluruh lukisannya bergerak, lukisan penjaga pintu menanyakan password, dan ruang khusus Dumbledore yang penuh buku serta ditunggui Fawkes, si burung phoenix.
Tempat itu punya wahana permainan kursi terbang yang membawa kita terbang bersama Harry Potter dalam beberapa petualangannya melawan Dementor dan Voldemort, serta dalam pertandingan Quidditch. Untuk dapat naik permainan yang hanya berdurasi 5 menit tersebut, kami harus antre 4 jam. Jika Anda penggemar serial karangan J.K. Rowling itu, tempat tersebut adalah surganya.