Inggris Tertarik AIIB, AS Khawatir
14/03/15, 06:50 WIB
BEIJING – Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), bank investasi gagasan Tiongkok, menuai banyak reaksi positif. Yakni, bukan hanya dari negara-negara Asia, tetapi juga Eropa. Pada Kamis (12/3) Inggris menyatakan niatnya untuk bergabung dengan bank yang khusus memberi pinjaman pembangunan infrastruktur tersebut.
Melalui Kementerian Keuangan Inggris, pemerintahan Perdana Menteri (PM) David Cameron mengajukan permohonan resmi untuk menjadi anggota AIIB. Rencananya, bulan depan London pun mengirimkan delegasi untuk ikut dalam pertemuan yang khusus dihelat Beijing bagi para calon investor. Inggris menjadi negara barat pertama yang menyatakan minatnya untuk bergabung dengan AIIB.
Tiongkok pun menyambut baik proposal Inggris itu. Jubir Kementerian Luar Negeri Hong Lei mengungkapkan bahwa sifat keanggotaan AIIB terbuka. Maka, seluruh negara dari belahan bumi mana pun berpeluang sama besar untuk menjadi anggota. ’’Seluruh anggota nantinya mempunyai kesempatan yang sama dalam menumbuhkan potensinya melalui bank ini,’’ ujarnya.
Gagasan tentang AIIB muncul kali pertama pada 2013. Saat itu Tiongkok memaparkan cita-citanya untuk menciptakan bank yang fokus membiayai pembangunan infrastruktur di Asia. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Asia akan dibarengi dengan pembangunan jalan, jembatan, dan gedung-gedung baru. Sebagai penggagas, Beijing juga akan menjadi penyandang modal utama.
’’Modal awal bank tersebut berkisar USD 50 miliar (sekitar Rp 662,7 triliun) dan Tiongkok bertanggung jawab menyediakan sebagian besar dana modal itu,’’ terang Agence France-Presse dalam laporannya kemarin (13/3). Sejauh ini, sudah ada 21 negara yang menyatakan minat mereka untuk bergabung dalam AIIB. Antara lain, India, Selandia Baru, dan Thailand.
Jika Inggris tertarik bergabung dengan AIIB yang diramalkan menjadi saingan Bank Dunia tersebut, tidak demikian Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam itu justru khawatir dengan perkembangan pesat perekonomian Tiongkok. Apalagi, manuver Beijing untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan regional juga kian beragam. Salah satunya, melalui AIIB.
Tidak seperti Inggris, negara-negara Eropa yang lain cenderung menunggu komando AS dalam menyikapi fenomena AIIB. Demikian juga sekutu dekat AS lainnya di Asia. Yakni, Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Australia. Washington khawatir, AIIB akan memberlakukan persyaratan yang jauh lebih ’’ramah’’ nasabah. Maka, kiprah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pun akan terancam.
0 komentar:
Posting Komentar