9/11/14, 04:10 WIB
BERAWAL SUKA MAKAN: Shinta Dewi di salah satu gerai Scrumptious. (Dite Surendra/Jawa Pos)
Kini camilan tidak hanya dinilai dari rasa, tapi juga kemasan. Itulah yang menjadi perhatian Shinta Dewi, pemilik Scrumptious. Bersama suami, Jerry Phan, dia membangun bisnis cookies yang makin digemari.
KUE kering yang ditata rapi di dalam boks itu terlihat menarik. Tiap keping dibungkus dalam kemasan plastik yang lucu, kemudian ditata secara apik dalam satu wadah dengan warna packaging yang eye-catching pula. Semua itu adalah ide Shinta Dewi, 40, untuk menjalankan bisnisnya, Scrumptious.
Dia mengatakan, ada arti di balik pemilihan nama tersebut untuk brand-nya. ”Scrumptious ini artinya delicious alias enak. Sama aja sih, tapi kami menggunakan bahasa Inggris,” ungkapnya.
Daya tarik produknya, selain soal rasa, adalah kemasan. Soal itu, Shinta bercerita bahwa dirinya mendapat inspirasi dari kue kering yang ada di Taiwan. Packaging seperti itu, menurut dia, masih sedikit di Indonesia. ”Kami coba di sini dan kebanyakan pelanggan suka,” katanya.
Kalau dilihat, kemasan cookies-nya memang menggemaskan. Sangat cantik untuk sebuah kemasan kue kering. Mirip kotak kado. Nah, untuk urusan desain, Shinta dibantu temannya. ”Saya sama suami penginnya apa, saya bilang ke teman. Dan dia bilang mau bantu,” papar Shinta soal awal kemasan produknya dibuat.
Meski demikian, tidak berarti Shinta dan suami menomorduakan rasa. Mereka tetap memperhatikannya. Selalu menggunakan bahan-bahan terbaik, itu wajib. Bagi dia, kualitas adalah segalanya. ”Kami perlu kasih yang enak. Mereka suka, mereka bakal balik lagi ke kami,” kata perempuan yang merupakan alumnus Jurusan Arsitektur UK Petra Surabaya itu.
Bagaimana ceritanya seorang arsitek memiliki bisnis kuliner. Ternyata Shinta dan suami sama-sama suka makan. Dari seringnya mencoba makanan, mereka jadi punya pengalaman rasa. ”Kami tidak punya keahlian formal di bidang kuliner. Saya lulusan arsitek, suami lulusan finance. Kami nekat aja berbisnis kue kering,” ungkapnya.
Apa penyebabnya? Rupanya mertua Shinta hobi memasak. Karena mertua sibuk, alat-alat memasaknya mangkrak. ”Peralatan itu udah nggak dipakai selama lima tahun. Saya rasa eman kalau nggak digunakan. Kami pakai ajauntuk bisnis kue,” tutur Shinta.
Proyek pertama yang mereka tangani adalah perayaan satu bulan kelahiran bayi seorang teman. Itu pun karena sang teman yang minta. ”Satu hal yang pasti ketika kami mencoba, berikan yang terbaik, bikin kue yang enak, ituaja,” tutur Shinta.
Hingga kini, Scrumptious telah berkembang. Shinta dan suami dibantu delapan karyawan. Empat orang berada di dapur, yang lainnya berada di toko. Variasi kue pun bertambah. Bukan hanya kue kering seperti lidah kucing dan kastengel, ada pula cupcake, red velvet, double chocolate cake, danpineapple tart. ”Kami akan terus mencoba hal-hal baru. Nggak cuma dari segi rasa, tapi juga hal-hal kreatif lainnya,” ungkap Shinta.
Kebanyakan pelanggan Scrumptious adalah masyarakat Surabaya. Jika tidak memungkinkan datang ke toko, rupanya ada layanan antar. Pelanggan bisa membeli secara online, kemudian pesanan diantar ke rumah. Menariknya, tak jarang yang menjadikan kue kering itu sebagai bingkisan kado. Namun, untuk sementara layanan antar hanya berlaku buat Surabaya dan sekitarnya.
”Kue yang kami jual tanpa bahan pengawet. Jadi, masa kedaluwarsanya pun cepat. Takutnya kalau dikirim ke mana-mana, sampai tujuan tapi kuenyanggak bisa dimakan,” kata Shinta.
0 komentar:
Posting Komentar