AWAL MENJANJIKAN: Menpora Imam Nahrawi (kiri) menerima kunjungan dari Jawa Pos di kantor Kemenpora (4/11).(Wahyudin/Jawa Pos)

JAKARTA – Begitu banyak tugas berat yang menunggu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Sebab, prestasi olahraga Indonesia sedang jeblok. Padahal, Jakarta, Palembang, dan Bandung akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Dalam sejarah Indonesia, Imam layak disebut sebagai menpora yang memikul tugas paling berat. Sebab, Asian Games 2018 adalah event terbesar yang pernah diselenggarakan di Indonesia. Pada 1962 Asian Games memang pernah diselenggarakan di Indonesia. Namun, saat itu jumlah atlet yang berkompetisi sekitar separo dari atlet yang akan berlaga pada 2018.
’’Ya, saya sadar akan sangat sibuk karena Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018,’’ kata Imam saat berdiskusi dengan Jawa Pos di ruang kerjanya, Selasa (4/11). ’’Namun, dengan dukungan semua pihak, termasukJawa Pos tentunya, kita akan bisa menjadi tuan rumah yang baik di eventakbar itu,’’ lanjutnya.
Saat ini Imam menyatakan belum bisa berbuat banyak untuk menyambut Asian Games. Dia masih menunggu keputusan presiden yang kemungkinan besar terbit pada awal tahun nanti. Menjadi tuan rumah Asian Games adalahgawe yang sangat besar. Korea Selatan yang menyelenggarakan Asian Games dengan sederhana saja menghabiskan sekitar Rp 17 triliun.
Indonesia dengan infrastruktur yang tidak sebagus Korea Selatan diperkirakan menghabiskan lebih dari Rp 20 triliun. ’’Begitu keppres terbit, kami langsung tancap gas,’’ serunya. ’’Sudah ada grand design yang dipersiapkan,’’ imbuhnya.
Pria kelahiran Bangkalan tersebut menjelaskan, akhir tahun ini akan dia maksimalkan untuk mendekati cabang-cabang olahraga. Sejak dilantik pekan lalu, dia sudah mengunjungi banyak sentra pembinaan olahraga. Antara lain, markas pelatnas bulu tangkis di Cipayung, markas pelatnas atletik, dan markas angkat besi. Dari kunjungan itu, Imam setidaknya bisa memetakan masalah-masalah yang dihadapi para atlet. Salah satunya, ketersediaan peralatan pertandingan.
Imam mendapatkan laporan bahwa menjelang Asian Games lalu banyak atlet yang tidak mendapatkan peralatan selayaknya. Datangnya peralatan molor. Akibatnya, mereka tidak bisa menyesuaikan diri dengan peralatan perlombaan. Ujung-ujungnya, prestasi mereka tidak maksimal. ’’Bahkan, ada atlet yang perlengkapannya tidak dikasihkan sampai Asian Games selesai. Setelah itu, kontraktornya kabur. Bagaimana ini?’’ kecamnya.
Di mata politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu, prestasi olahraga tanah air masih jauh dari potensi terbaiknya. Hal tersebut disebabkan masih banyaknya sumbatan dalam pembinaan olahraga tanah air.
Beberapa peran organisasi pembina olahraga tanah air juga masih tumpang tindih. Yang bertugas melakukan pembinaan malah mau melakukan fungsi yang seharusnya diemban organisasi lain. Ada pula organisasi olahraga tanah air yang tidak menjalankan good governance.
’’Hal-hal itu menimbulkan sumbatan dalam pembinaan olahraga kita. Seperti instruksi Pak Presiden, kami akan melakukan totok urat nadi pada sumbatan-sumbatan tersebut. Saya akan jebol biar olahraga kita bisa berlari kencang,’’ tegasnya. Untuk menjebol sumbatan-sumbatan itu, Imam akan mengumpulkan semua stakeholder terkait. Baik KOI, KONI, induk olahraga, maupun pihak lain.
Terkait dengan Asian Games, Imam akan menemui kepala daerah yang kotanya dipilih menjadi tuan rumah. ’’Termasuk pihak terkait. Untuk transportasi, misalnya. Ini kan juga melibatkan kepolisian. Saya meminta beliau terlibat penuh agar tidak macet,’’ paparnya.