BUKAN BALERINA: Henny Gorton asal Inggris (dua dari kiri) dan Sarah Mocogni asal Amerika Serikat (tiga dari kiri) kompak memakai tutu bersama kawan-kawannya. (Dimas Alif/Jawa Pos)
Peserta lari bareng itu beragam. Ada yang perempuan karir, staf hotel, paramedis, hingga jurnalis. ”Sejak pukul 05.00 peserta sudah antre. Ramai banget,” ujar Marketing Communication Manager Etty Soraya bersemangat.
Sebagian peserta tampil heboh. Kostum pink mereka –warna untuk kewaspadaan terhadap kanker payudara– dipadu dengan rok tutu yangmekrok khas balerina. ’’Ada juga anak punk yang mengombinasikan pinkdengan batik,’’ kata Etty.
Lari bareng tersebut memang punya beragam dimensi. Para peserta bisa beraktivitas sembari menyehatkan badan. Mereka juga bergabung dalam sebuah acara besar berbalut keceriaan. Tentu, tujuan utama untuk mengampanyekan perlunya deteksi dini juga tersampaikan.
Menurut dr Dwirani R. Pratiwi SpB, spesialis bedah kanker payudara di RS Onkologi, kanker payudara adalah pembunuh nomor satu perempuan. Ia sudah mengalahkan kanker serviks. Nah, untungnya, perempuan dikaruniai payudara dan mulut rahim yang sangat spesial. Organ itu bisa mendeteksi kanker jauh sebelum penyakit tersebut benar-benar muncul. ’’Organ lain tak seperti dua organ milik perempuan ini,’’ kata Dwirani.
Karena itu, dia menyarankan perempuan agar sejak dini melakukan checkup. Tak perlu menunggu benjolan atau bahkan rasa sakit. Sebab, kini penyandang kanker payudara kian muda. Bahkan, ada pasien yang umurnya baru 16 tahun.   
Sehari sebelumnya, Sabtu (11/10), di Sheraton Hotel and Tower juga diadakan sunset yoga alias yoga senja hari. Pesertanya 150 perempuan. Sebagaimana lari kemarin, yoga bareng itu juga diadakan dalam rangkabreast cancer awareness.
Gerakan yang banyak dieksplorasi pada yoga itu adalah back bending posealias peregangan punggung. Gerakan itu memperkuat otot dada, memperbaiki postur, hingga menghalau stres. Back bending dipercaya bisa membantu melepas kepenatan dan kekakuan otot.